
Di tengah malam yang sunyi, ketika manusia lelap dalam tidurnya, Rasulullah ﷺ mendapat panggilan istimewa dari Sang Pencipta. Malam itu bukan malam biasa. Ia adalah malam penuh mukjizat, yang kelak dikenang sebagai Isra dan Mi'raj—perjalanan agung yang hanya dianugerahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Isra dimulai dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina, ditemani malaikat Jibril dan ditunggangi kendaraan langit bernama Buraq. Dalam hitungan waktu yang tak dapat dinalar oleh logika manusia, Nabi sampai ke tempat suci para nabi terdahulu, tempat berkumpulnya para utusan Allah. Di sana, beliau memimpin shalat sebagai imam bagi para nabi, simbol kemuliaan dan kepemimpinannya bagi seluruh umat.
Dari bumi, perjalanan berlanjut ke langit. Inilah yang disebut Mi'raj—pendakian menuju langit tertinggi. Nabi Muhammad ﷺ melintasi lapis demi lapis langit, bertemu para nabi: Adam, Isa, Musa, Ibrahim, dan lainnya.
Hingga akhirnya beliau sampai ke Sidratul Muntaha, tempat yang bahkan malaikat Jibril pun tak bisa melampauinya. Di sanalah beliau menerima perintah shalat, hadiah langsung dari Allah untuk umat Islam, sebagai bentuk komunikasi suci antara hamba dan Tuhannya. Perjalanan ini bukan sekadar mukjizat. Ia adalah penguat hati Rasulullah ﷺ setelah tahun-tahun duka, kehilangan Khadijah dan Abu Thalib, serta penolakan dari Thaif. Isra dan Mi'raj adalah pelipur lara, bukti cinta Allah yang tak terbatas.