
Di sebuah tanah yang penuh sejarah, di bawah langit yang sama dengan kita, ada sebuah bangsa yang terus berjuang mempertahankan hak paling mendasar: hak untuk hidup merdeka. Palestina, negeri yang sejak puluhan tahun silam menjadi simbol ketabahan dan perlawanan terhadap penindasan, belum juga menikmati kemerdekaan yang semestinya menjadi hak setiap bangsa. Di balik reruntuhan rumah, suara tangis anak-anak, dan kabar duka yang terus berdatangan, tersimpan tekad yang tak pernah padam—tekad untuk tetap berdiri, meski dunia kadang memilih diam.
Setiap hari, warga Palestina bangun dengan kenyataan yang tidak pernah mudah: blokade, penjajahan, hilangnya keluarga, dan impian yang dipaksa diam. Tapi di tengah segala keterbatasan itu, mereka tetap belajar, membangun, mencintai, dan berharap. Mereka tidak meminta lebih. Mereka hanya ingin hak yang sama seperti kita: hidup tanpa takut, hidup tanpa dijajah, dan hidup dengan martabat.
"Kami bukan teroris. Kami adalah rakyat yang ingin hidup bebas di tanah kelahiran kami."
– Sebuah suara dari Gaza, yang menggema di hati banyak orang di seluruh dunia.
Kemerdekaan bukan hadiah, tapi hak. Dan Palestina berhak merdeka. Berhak menentukan nasibnya sendiri. Berhak membangun tanpa dihancurkan. Berhak membesarkan anak-anaknya tanpa trauma perang.Kini, saat dunia semakin sadar dan solidaritas terus tumbuh, suara untuk kemerdekaan Palestina semakin lantang. Dari pelosok desa hingga kota besar, dari mimbar ke media sosial, dunia mulai mengatakan dengan lebih jelas: 🔊 Cukup sudah penjajahan. Palestina harus merdeka. Karena selama masih ada ketidakadilan, tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar bebas.